Sejarah Nabi Muhammad SAW mulai lahir
1. Kelahiran Nabi Muhammad saw
Nabi Muhammad saw lahir di Tahun Gajah, yaitu tahun 570 M
di kota Mekkah, Ayahnya,Abdullah, meninggal dalam perjalanan dagang
di Yatsrib, ketika Muhammad masih dalam kandungan. Ia meninggalkan harta
lima ekor unta, sekawanan biri-biri dan seorang budak perempuan
bernama Ummu Aiman yang kemudian mengasuh Nabi.
Pada saat Muhammad berusia enam tahun, ibunya Aminah binti
Wahab mengajaknya ke Yatsrib(Madinah) untuk mengunjungi keluarganya
serta mengunjungi makam ayahnya. Namun dalam perjalanan pulang, ibunya jatuh
sakit. Setelah beberapa hari, Aminah meninggal dunia di Abwa’ yang
terletak tidak jauh dari Yatsrib, dan dikuburkan di sana. Setelah ibunya
meninggal, Muhammad dijaga oleh kakeknya, ‘Abd al-Muththalib. Setelah
kakeknya meninggal, ia dijaga oleh pamannya, Abu Thalib. Ketika inilah ia
diminta menggembala kambing-kambingnya disekitar Mekkah dan kerap
menemani pamannya dalam urusan dagangnya ke
negeri Syam (Suriah,Libanon dan Palestina).
2. Menikah dengan Khadijah
Ketika Muhammad mencapai usia remaja sekitar 12 tahun , ia mulai
belajar ilmu bela diri dan memanah, serta keterampilannya
dalam berdagang.. Muhammad menemani pamannya berdagang ke arah Utara (Syam) dan
karena kejujuran dalam membawa bisnis perdagangan telah meluas, membuatnya
dipercaya sebagai agen penjual perantara barang dagangan penduduk Mekkah.
Khadijah, seorang saudagar yang janda terpesona sehingga membuat
Khadijah memintanya untuk membawa serta barang-barang dagangannya dalam
perdagangan. Muhammad dijanjikan olehnya akan dibayar dua kali lipat dan
Khadijah sangat terkesan dengan sekembalinya Muhammad dengan keuntungan yang lebih
dari biasanya. Akhirnya, Muhammad pun jatuh cinta kepada Khadijah kemudian
mereka menikah. Pada saat itu Muhammad berusia 25 tahun sedangkan Khadijah
mendekati umur 40 tahun, tetapi ia masih memiliki kecantikan yang menawan.
3. Memperoleh gelar
Ø Al-Amin ( Orang yang Dirpercaya )
Ketika Muhammad berumur 35 tahun, ia bersatu dengan orang-orang Quraisy
dalam perbaikan Ka’bah. Waktu mau peletakan hajar aswad, mereka dari
masing-masing kabilah saling berebut bahkan terjadi pertikaian, akhirnya
diputuskan bahwa siapa yang masuk masjid al-Haram pertama dialah yang berhak meletakkannya.
Ternyata yang masuk pertama adalah Muhammad, maka Ia pula yang memberi
keputusan di antara mereka tentang peletakan Hajar al-Aswad di
tempatnya, dengan cara yang sangat bijaksana, yaitu diletakkannya hajar aswad
di atas kain, lalu masing-masing pemimpin kabilah mengangkat kain itu
bersama-sama dan Muhammad mengambil dan meletakkan hajar aswad di ka’bah.
Saat itu ia sangat masyhur di antara kaumnya dengan sifat-sifatnya yang
terpuji. Kaumnya sangat mencintainya, hingga akhirnya ia memperoleh gelar Al-Amin yang
artinya “orang yang dapat dipercaya”.
Ø
As – Saadiq (yang benar)
Diriwayatkan
pula bahwa Muhammad adalah orang yang percaya sepenuhnya dengan keesaan Tuhan.
Ia hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat tamak, angkuh dan
sombong yang lazim di kalangan bangsa Arab saat itu. Ia dikenal menyayangi
orang-orang miskin, janda-janda tak mampu dan anak-anak yatim serta berbagi
penderitaan dengan berusaha menolong mereka. Ia juga menghindari semua
kejahatan yang sudah membudaya di kalangan bangsa Arab pada masa itu seperti
berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia
dikenal sebagai As-Saadiq yang
berarti "yang benar".
4.
Mendapat wahyu
Pada suatu malam sekitar tanggal 17 Ramadhan/ 6 Agustus 611, ketika
Muhammad sedang bertafakur di Gua
Hira’, Malaikat Jibril mendatanginya. Jibril membangkitkannya
dan menyampaikan wahyu Allah di telinganya. Ia diminta membaca. Ia menjawab,
“Saya tidak bisa membaca”. Jibril mengulangi tiga kali meminta agar Muhammad
membaca, tetapi jawabannya tetap sama. Akhirnya, Jibril membacakan wahyu, yaitu
{Al-‘Alaq: 1-5)
5. Dakwah
Ø Berdakwah secara rahasia
Setelah menerima wahyu kedua (Q.S. Al-Mudassir: 1 – 7), Nabi saw mulai
berdakwah secara Sirri (sembunyi-sembunyi). Selama tiga tahun pertama,
menyebarkan agama terbatas kepada teman-teman dekat dan kerabatnya. Kebanyakan
dari mereka yang percaya dan meyakini ajaran Muhammad adalah para anggota
keluarganya serta golongan masyarakat awam, antara
lain Khadijah, Ali, Zaid bin Haritsah dan Abu Bakar, Bilal, Utsman
bin Affan, Zubair bin Al Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidah
bin Harits, Amr bin Nufail masuk Islam dan bergabung membela
Muhammad. Kesemua pemeluk Islam pertama itu disebut dengan As-Sabiqun
al-Awwalun.
Ø Berdakwah
secara terang-terangan
Setelah menerima wahyu Q.S. Al-Hijr : 94, Nabi saw berdakwah secara
terang-terangan. Langkah pertama yang dilakukan Rasulullah ialah dengan
mengundang kerabat dekat. Beliau mengundang Bani Hasyim dan beberapa orang Bani
Al-Muthalib bin Al-Manaf. Beliau menyeru kepada kaumnya kepada Allah dan
berserah diri kepada RabbNya. Namun dari sekian banyak yang datang, semua
menentang Rasulullah, hanya Abu Thaliblah yang mendukung dan memerintahkan
melanjutkan perjuangan Rasul, tetapi Abu Thalib tidak punya pilihan lain untuk
meninggalkan agama Bani Abdul Al-Muthalib.Setelah Nabi SAW merasa yakin
terhadap dukungan dan janji Abu Thalib untuk melindunginya dalam menyampaikan
wahyu Allah, maka suatu hari beliau berdiri diatas Shafa, lalu berseru :“ Wahai
semua orang!” maka semua orang berkupul memenuhi seruan beliau, lalu beliau
mengajak mereka kepada tauhid dan iman kepada risalah beliau serta iman kepada
hari akhirat.” Dari yang hadir disitu, Abu Lahab angkat bicara “ Celakalah
engkau untuk selama-lamanya, untuk inikah engkau mengumpulkan kami.”
Lalu turun ayat “
Celakalah kedua tangan Abu Lahab”Reaksi kafir Quraisy
Beberapa cara penghadangan mereka terhadap dakwah Rasulullah SAW, yaitu :
·
Dengan ejekan dan penghinaan,
olok-olok dan penertawaan. Hal ini mereka maksudkan untuk melecehkan
orang-orang muslim dan menggembosi kekuatan mental mereka.
·
Menjelek-jelekkan ajaran
beliau, membangkitkan keragu-raguan, menyebarkan anggapan-anggapan yang
menyangsikan ajaran-ajaran beliau dan diri beliau.
·
Melawan Al-Qur’an dengan
dongeng orang-orang dahulu dan menyibukkan manusia dengan dongeng-dongeng itu,
agar mereka meninggalkan Al-Qur’an.
·
Menyodorkan beberapa bentuk
penawaran, sehingga dengan penawaran itu mereka berusaha untuk mempertemukan
islam dan jahiliyah ditengah jalan.
·
Berbagai macam tekanan dan
penyiksaan terhadap pengikut-pengikut Rasulullah SAW.
·
Pemboikotan secara
menyeluruh terhadap pengikut Muhammad SAW.
Ø Dakwah ke
luar Mekah
Dari hari ke hari penyiksaan dan tekanan yang dilancarkan orang-orang
Quraisy semakin menjadi-jadi. Hingga Rasulullah menyuruh kaumnya untuk hijrah
dan berdakwah keluar Mekkah.
Penyiksaan yang dialami hampir seluruh pengikutnya membuat lahirnya ide
berhijrah (pindah) ke Habsyah. Negus, raja Habsyah,
memperbolehkan orang-orang Islam berhijrah ke negaranya dan melindungi mereka
dari tekanan penguasa di Mekkah. Muhammad sendiri, pada
tahun 622 hijrah ke Madinah, kota yang berjarak sekitar 200 mil (320
km) di sebelah Utara Mekkah. Banyak kejadian yang terjadi setelah Rasulullah
menetapkan perintah kepada pengikutnya untuk hijrah ke Habasyah Dari
keislamannya Umar bin Khattab dan Hamzah bin Abdul Muthalib, yang membuat islam
semakin kuat, hingga keadaan duka hati Rasulullah atas meninggalnya paman
beliau Abu Thalib dan Istri beliau Khadijah binti Khuwailid.
Pada tahun kesepuluh dari nubuwah, Rasulullah SAW pergi ke Thaif,
beliau pergi dengan berjalan kaki. Dengan didampingi pembantunya Zaid bin
Haritsah, beliau mengajak penduduk setiap kabilah yang ia lalui kepada islam.
Namun tak satu pun yang memenuhinya. Sesampainya di Thaif, beliau menyeru agama
Allah kepada pemimpin Bani Tsaqif. Namun semua menolaknya dan mencaci maki
beliau sambil melempari batu kearah beliau.
Ø Hijrah ke Madinah
Di Mekkah terdapat Ka’bah yang telah dibangun oleh
Nabi Ibrahim. Masyarakat jahiliyah Arab dari berbagai suku berziarah ke
Ka’bah dalam suatu kegiatan tahunan, dan mereka menjalankan
berbagai tradisi keagamaan mereka dalam kunjungan tersebut. Muhammad
mengambil peluang ini untuk menyebarkan Islam. Di antara mereka yang tertarik
dengan seruannya ialah sekumpulan orang dari Yathrib. Mereka menemui
Muhammad dan beberapa orang Islam dari Mekkah di suatu tempat bernama Aqabah secara
sembunyi-sembunyi. Setelah menganut Islam, mereka lalu bersumpah untuk
melindungi Islam, Rasulullah (Muhammad) dan orang-orang Islam Mekkah.
Tahun berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam dari Yathrib datang lagi
ke Mekkah. Mereka menemui Muhammad di tempat mereka bertemu sebelumnya. Abbas
bin Abdul Muthalib, yaitu pamannya yang saat itu belum menganut Islam, turut
hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka mengundang orang-orang Islam Mekkah
untuk berhijrah ke Yathrib. Muhammad akhirnya setuju untuk berhijrah ke kota
itu.
Mengetahui bahwa banyak masyarakat Islam berniat meninggalkan
Mekkah, masyarakatjahiliyahMekkah berusaha menghalang-halanginya, karena
beranggapan bahwa bila dibiarkan berhijrah ke Yathrib, orang-orang Islam akan
mendapat peluang untuk mengembangkan agama mereka ke daerah-daerah yang lain.
Setelah berlangsung selama kurang lebih dua bulan, masyarakat Islam dari Mekkah
pada akhirnya berhasil sampai dengan selamat ke Yathrib, yang kemudian dikenal
sebagai Madinah atau “Madinatun Nabi” (kota Nabi).
Usaha
mula-mula Nabi saw di Madinah
1.
Membangun masjid (Nabawi), sebagai tempat ibadah dan pusat segala
kegiatan kemasyarakatan
2.
Mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan kaum Anshar, untuk memperkokoh
ukhuwah islamiyah dan juga saling membantu dalam urusan sosial-ekonomi
3.
Mempersatukan seluruh penduduk Madinah, dengan perjanjian yang dikenal
dengan sebutan PIAGAM MADINAH.
6.
Peperangan Masa Nabi saw
Di Madinah, pemerintahan (kalifah) Islam diwujudkan di bawah
pimpinan Muhammad. Umat Islam bebas beribadah (salat) dan bermasyarakat di
Madinah. Quraish Makkah yang mengetahui hal ini kemudian melancarkan beberapa
serangan ke Madinah, akan tetapi semuanya dapat diatasi oleh umat Islam. Satu
perjanjian damai (Perjanjian Hudaibiyah)kemudian dibuat dengan pihak Quraish.
Walaupun demikian, perjanjian itu kemudian diingkari oleh pihak Quraish dengan
cara menyerang sekutu umat Islam
a.Perang
Badar
Terjadi di Lembah Badar, 125 km selatan Madinah. Perang Badar merupakan
puncak pertikaian antara kaum muslim Madinah dan musyrikin Quraisy Mekah.
Peperangan ini disebabkan oleh tindakan pengusiran dan perampasan harta kaum
muslim yang dilakukan oleh musyrikin Quraisy.
b. Perang
Uhud
Terjadi di Bukit Uhud. Perang Uhud dilatarbelakangi kekalahan kaum
Quraisy pada Perang Badar sehingga timbul keinginan untuk membalas dendam
kepada kaum muslim. Pasukan Quraisy yang dipimpin Khalid bin Walid mendapat
bantuan dari kabilah Saqib, Tihamah, dan Kinanah.
c. Perang
Khandaq
Terjadi di sekitar kota Madinah bagian utara. Perang ini juga dikenal
sebagai Perang Ahzab (Perang Gabungan). Perang Khandaq melibatkan kabilah Arab
dan Yahudi yang tidak senang kepada Nabi Muhammad SAW. Mereka bekerjasama
melawan Nabi Muhammad SAW.
d. Fath
al-Makkah
Terjadi di sekitar kota Mekah. Latar belakang peristiwa ini adalah
adanya anggapan kaum Quraisy bahwa kekuatan kaum muslim telah hancur akibat
kalah perang di Mu’tah.
e. PerangTabuk
Lokasi perang ini adalah kota, perbatasan antara Semenanjung Arabia dan
Syam (Suriah). Adanya peristiwa penaklukan kota Mekah membuat seluruh
Semenanjung Arabia berada di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Melihat
kenyataan itu, Heraklius, penguasa Romawi Timur, menyusun pasukan besar untuk
menyerang kaum muslim.